Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Prestasi Timnas Indonesia Disebut Tak Bisa Diraih Secara Instan, Harus Ada Blueprint yang Jelas

Prestasi Timnas Indonesia Disebut Tak Bisa Diraih Secara Instan, Harus Ada Blueprint yang Jelas

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-10-29 20:30:02
Dilihat:0 Pujian
Pemain Timnas Irak, Mohandad Ali (tengah), mengoper bola saat pemain Timnas Indonesia, Jay Idzes, mengejar dalam pertandingan kualifikasi Grup B Piala Dunia antara Irak dan Indonesia di Stadion Alinma Bank, King Abdullah Sports City, Jeddah, Arab Saudi, Minggu (12-10-2025) dini hari WIB. (Foto AP/Ali Issa)

Jakarta - Membangun tim nasional yang tangguh tak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak bisa juga dilakukan dengan cara instan.

Opini tersebut datang dari pelatih sepak bola nasional, Rasiman. Menurut dia, butuh waktu yang lama dan proses panjang untuk membuat Timnas Indonesia berprestasi di level dunia.

Timnas Indonesia baru saja mengubur mimpi mentas di Piala Dunia 2026. Tim berjulukan Skuad Garuda itu tersingkir dari perburuan tiket menuju turnamen akbar empat tahunan tersebut.

Pada putaran keempat Grup B Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Timnas Indonesia dua kali keok melawan Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1). Hasil itu menempatkan Garuda finis di posisi buncit dengan tanpa poin.

 


Ulasan Rasiman

Rasiman resmi ditunjuk menjadi pelatih interim Persis Solo (Dok. Persis Solo)

Menurut Rasiman, kegagalan Skuad Garuda lolos ke Piala Dunia 2026 bukan hal mengejutkan. Apalagi, Indonesia belum memiliki fondasi yang bagus pada pengembangan sepakbolanya.

"Ini jujur saja, kalau saya melihat dari faktor teknis artinya saya tidak berada dalam posisi kayak suporter yang marah gitu ya. Oke lah, tapi dari kacamata teknis untuk menembus Piala Dunia itu bukan hal yang simple," ujarnya kepada Rabu (29/10/2025)

"Artinya harus punya fondasi yang bagus tentang football development di negara itu. Sekarang sebetulnya secara teknis kita kan belum ada peningkatan."

"Peningkatan signifikan di sepak bola Indonesia secara umum kan belum ada. Kecuali tim nasional, itu pun karena kebijakan dari pemain naturalisasi. Sejarahnya memang kita belum pernah lolos Piala Dunia jadi agak susah," sambungnya.

 


Tetap Kesulitan

Per Kamis (16/10/2025), PSSI memecat Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia, setelah gagal membawa Garuda melaju ke Piala Dunia 2026. Padahal, arsitek Belanda itu baru menggantikan peran Shin Tae-yong pada Januari lalu.

Sampai saat ini kursi pelatih Timnas Indonesia masih lowong. Meski belakangan sudah muncul beberapa kandidat yang dirumorkan bakal menjadi nakhoda baru di skuad Garuda.

"Siapapun pelatihnya, karena untuk menciptakan sejarah itu kan hal yang paling sulit di dalam kehidupan, bukan di sepak bola saja. Jadi siapapun penggantinya juga akan ketemu persoalan yang sama," sebut Rasiman.

"Masalahnya sekarang Shin Tae-yong dapat angin segar karena dia tidak ikut gagalnya kan. Tapi kalaupun Shin jadi pelatih belum tentu bisa sampai sejauh ini juga, menurut saya. Tim nasional itu kan beda banget dengan klub karena mereka datang saat match day."

"Sekarang kalau pemain itu belum gabung lama juga dalam satu tim. Misalnya kayak pemain Timnas zaman dulu yang mayoritas di dominasi anak-anak lokal, mereka sudah gabung dari kelompok umur, jadi berproses secara komunikasi sudah sangat baik," lanjutnya.

 


Pentingnya Blueprint Sepak Bola

Lebih jauh, Direktur Akademi Persis Solo itu meminta federasi sepak bola Indonesia alias PSSI itu untuk membuat roadmap atau blueprint pengembangan sepak bola nasional yang jelas.

"Yang menjadi PR terberat di Indonesia sekarang ini bahwa harusnya ada blueprint, kita ini enggak bisa tiba-tiba langsung mau ikut lolos Piala Dunia. Nah, terus bagaimana mengisi itu di dalam technical area, oh ya kita mau lolos tahun sekian kan gitu lho," ucap Rasiman.

"Terus kita mundur misalnya 10 tahun, jadi di 10 tahun ini apa saja yang kita kerjakan. Contoh ketika sekarang tim Arab Saudi punya rencana ke World Cup 2030 kalau enggak salah. Sekarang mereka punya Timnas U-15 yang sedang berkompetisi di Spanyol."

"Kan itu sebetulnya yang masih berat meningkatkan kualitas mutu di sepak bola sebuah negara. Enggak bisa juga dengan pekerjaan instan begitu. Ini menurut pendapat saya, saya tidak mengecilkan peran Patrick dan Shin Tae-yong," imbuh dia.

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}